Jambi- Orang yang terinfeksi HIV cenderung rentan dengan penurunan imunitas yaitu kondisi dimana tubuh dapat dengan mudah terserang penyakit infeksi. Bila kondisi ini terjadi maka infeksi tersebut dikatakan ko-infeksi. Salah satu ko-infeksi terbanyak pada pasien HIV adalah TB. 


Terapi HIV hingga saat ini adalah antiretroviral dengan pemberian obat kombinasi (lebih dari satu jenis obat).  Kombinasi ini terdiri dari kelompok obat antiretrovilal dengan mekanisme yang berbeda tujuannya adalah untuk mencegah resistensi dan mengoptimalkan tingkat penekanan replikasi virus HIV. 


Pasien HIV+TB dalam pengobatannya akan menerima jumlah obat yang lebih banyak yaitu untuk terapi HIV dan terapi TB. Masing-masing terapi tersebut dapat terdiri dari tiga atau lebih obat sehingga total pasien HIV+TB minum obat dapat mencapai enam atau lebih obat. hal ini mengakibatkan peluang terjadinya interaksi obat baik farmakokinetik maupun farmakodinamik. 


Sebuah penelitian interaksi farmakokinetik obat antiretroviral yang berfokus pada Evafirenz (salah saju jenis obat antiretroviral) telah dilakukan dengan metoda kajian literatur, yaitu dengan mengumpulkan referensi bereputasi dan memenuhi kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti. Penelitian ini dilakukan dibawah bimbingan ibu apt. Jelly Permatasari, M. Farm dan ibu Amelia Soyata, M.Farm. Penelitian mengkaji interaksi obat efavirenz dan obat TB. 


Peneliti telah mengumpulkan referensi berupa jurnal internasional bereputasi yang memenuhi persyaratan data yang ditentukan oleh peneliti, diantaranya interaksi yang diamati terjadi secara klinis selama berlangsungnya pengobatan atau pemberian bersama terapi antiretroviral dan obat antituberculosis. Hasilnya adalah bahwa Efavirenz memiliki interaksi farmakokinetik dengan obat TB. Sebagian besar literatur mengungkapkan bahwa Efavirenz mengalami interaksi farmakokinetik dengan Rifampisin (obat antituberculosis), hasilnya adalah Rifampisin mengubah profil Tmax, Cmax, dan AUC  Efavirenz yaitu menjadi lebih singkat, menurun dan lebih rendah. 


Peneliti berharap hasil penelitian dapat menambah kekuatan referensi dalam kajian interaksi obat Efavirenz dengan rifampisin pada pengobatan pasien HIV+TB dan menjadi perhatian dalam praktek klinis. Harus ada monitoring interaksi obat pada pasien agar terapi dapat optimal dengan penyesuaian dosis, frekuensi dan interval obat agar profil AUC Efavirenz sesuai dengan yang diharapkan dalam pencapaian hasil terapi. (Octariana)