Jambi— Tifoid ialah permasalahan kesehatan yang umum, dimana terdapat 11-20 juta pasien demam tifoid. Tifoid yang terjadi di Asia Tenggara dengan persentase 14,1% dari kasus tersebut. Kasus dijIndonesia terjadi peningkatanidari tahun ke tahunidengan rata-rata 500/100.000ipenduduk dan kematian sekitarM0,6-5%. Tifoid salah satuMpenyakit infeksi sistemik saluranMpencernaan disebabkan karena bakteriMgram negative yaitu Salmonella typhi. Penderita demam tifoid masihMcukup tinggi dengan komplikasiMserta angka kematian pasien tersebut berangsur menurun.

 

Dengan melihat tingginya kejadian Tifoid, maka diperkirakan adanya tidak tepat pemberian obat pada pasien Tifoid, sehingga perluidilakukan tinjauanpola konsumsi  penggunaan antibiotik pada pasien dalam penelitian ini menggunakan metode ATC (AnatomicaliTherapeuticiChemical) / DDD (DefinedMDailyMDose) untuk dapat mengetahui jenis dan jumlah antibiotik yang digunakan berdasarkan data pengukuran kuantitas yang akanJterhubung dengan kodeJATC dan dinilai dapat mengetahui situasiJperesepan antibiotik.

 

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa tugas akhir Prodi Farmasi STIKES Harapan Ibu Jambi dibawah bimbingan ibu apt. Jelly Permatasari dan ibu apt. Aisa Dinda Mitra, M.Farm dengan mengambil sample penelitian pasien tifoid disalah satu rumah sakit di kota Jambi. Dengan menghimpun data antibiotik yang digunakan kemudian dianalisa lebih lanjut dengan menyesuaikan kode ATC yang terdapat pada web WHO.

 

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa pola konsumsi antibiotik yang digunakan pada pasien tifoid adalah tertingi ceftriaxone, selanjutnya ciprofloxacin dan antibiotik yang paling sedikit digunakan adalah levofloxacin.

Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk penelitian selanjutnya atau untuk pihak terkait dalam melakukan evaluasi atau rencana perbaikan terapi tifoid dimasa mendatang. (Fresha)