Jambi-- Appendiks atau yang lebih dikenal masyarakat dengan istilah usus buntu merupakan organ yang berbentuk kantong atau tabung hampa yang tersambung ke usus besar. Peradangan yang terjadi pada appendiks disebut dengan appendisitis. Appendisitis memiliki potensi untuk terjadinya komplikasi parah jika tidak segera diobati, seperti perforasi atau sepsis, dan bahkan dapat menyebabkan kematian dalam hal ini perlu dilakukan tindakan bedah sebagai terapi appendicitis.
Sebuah penelitian telah dilakukan oleh penulis dibawah bimbingan Ibu apt. Jelly Permatasari, M.Farm dan Ibu Amelia Soyata, M.Farm untuk mengetahui antibiotik profilaksis yang digunakan dalam tindakan bedah penanganan appendisitis di salah satu rumah sakit di kota Jambi pada tahun 2020. Tujuannya adalah untuk melihat gambaran trend jenis antibiotik yang digunakan sebagai upaya pengawasan independent terhadap resistensi antibiotik dan mendorong penggunaan antibiotik yang rasional.
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat 100 pasien yang dilakukan tindakan prosedur bedah dalam penanganan appendisitis. Semua diberikan antibiotik profilaksis yaitu 67% diberikan Ceftriaxon dan 33% diberikan Cefotaxime. Rute pemberian 100% diberikan secara intravena. Semua antibiotik yang diberikan adalah golongan sefalosporin. Ini menunjukkan bahwa rumah sakit memberlakukan seleksi terhadap penggunaan antibiotik. Dilihat dari golongan antibiotik yang diberikan bukan golongan tertinggi, artinya pengendalian mikroorganisme masih dapat dilakukan dengan golongan tersebut.
Peneliti sekaligus penulis artikel ini berharap hasil atau data yang diperoleh dalam penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh peneliti selanjutnya untuk mengkaji ketepatan antibiotik profilaksis dalam parameter yang berbeda. Serta menambah informasi untuk kalangan dunia kesehatan lainnya.