KHAMPARAN.COM, JAMBI- Hipertensi
adalah gangguan kesehatan yang ditandai dengan tingginya tekanan darah sama dan atau lebih dari 140/90
mmHg. Hipertensi yang berlanjut dapat menimbulkan komplikasi seperti kerusakan
pembuluh darah, penyakit jantung, gangguan ginjal dan kerusakan organ lainnya.
Pemberian terapi pada pasien
hipertensi tidak saja untuk
mengendalikan tekanan darah namun terdapat juga pemberian obat untuk penanganan
komplikasi atau penyakit penyerta pada pasien. Obat-obat hipertensi sendiri harus
diminum dalam jangka waktu yang panjang bahkan seumur hidup karena gangguan
tekanan darah pada pasien yang mengalami hipertensi bukan bersifat sementara.
Pada kondisi tersebut
tidak sedikit pasien hipertensi menerima terapi obat-obatan dalam bentuk
polifarmasi dimana pasien menerima obat lebih dari dua jenis obat. Hal ini
berpotensi untuk terjadinya interaksi obat karena diminum dalam waktu bersamaan
dan dikonsumsi secara terus menerus dalam waktu yang lama.
Sebuah penelitian telah
dilakukan oleh mahasiswa tugas akhir Prodi Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Harapan Ibu jambi Ani Marlina dibawah bimbingan ibu apt. Jelly Permatasari, M.
Farm dan ibu Dr. Siti Hamidatul ‘Aliyah, M. Sc.
Penelitian ini dilakukan
dengan mengambil sample resep pasien hipertensi pada salah satu apotek di kota
Jambi selama satu bulan. Resep yang telah memenuhi kriteria inklusi dan besar
sample selanjutnya dilakukan uji interaksi obat berdasarkan alat bantu
referensi interaksi obat.
Hasil penlitian
menunjukkan rata-rata resep yang diterima pasien mengalami interaksi obat baik sesama
antihipertensi maupun dengan obat non antihipertensi yang dikonsumsi pasien. Tingkat
keparahan interaksi obat yang ditemukan mulai dari minor, moderat dan mayor. Sedangkan
mekanisme interaksi obat ditemukan secara farmkokinetik dan farmakodinamik.
Peneliti berharap hasil penelitian
ini dapat memberikan informasi dan data yang bermanfaat serta menggugah
kesadaran praktisi dilapangan untuk selalu melakukan pemeriksaan interaksi obat
pada setiap resep pasien yang diterima. Sehingga dapat memberikan arahan yang
tepat pada penggunaan obat sebelum obat dikonsumsi untuk mencegah dampak
interaksi obat yang merugikan bagi pasien. (Ani)*