HIV merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. HIV menyerang salah satu dari jenis sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi yaitu sel CD4. Keberhasilan terapi antiretroviral (ARV) pada pasien HIV di dorong oleh tidak tertundanya pemberian terapi ARV sejak awal diagnosa HIV, untuk itu perlu dilakukan sebuah persiapan inisiasi yang berupa pemeriksaan kesehatan menyeluruh, tes laboratorium, maupun konseling. Tujuannya adalah untuk mengetahui kondisi seseorang yang di diagnosa HIV sehingga dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk mempersiapkan pasien HIV mendapatkan terapi awal ARV dan pemilihan terapi yang tepat agar sesuai dengan indikasi dan kebutuhan pasien . Untuk itu Mitarosadi salah satu mahasiswi Prodi Farmasi STIKES Harapan Ibu Jambi melakukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana persiapan inisiasi dan terapi yang diberikan pasca inisiasi pada pasien HIV di salah satu Rumah Sakit Pemerintah di Kota Jambi.
Penelitian ini dilakukan dibawah bimbingan Ibu apt. Jelly Permatasari, M.Farm dan Ibu apt. Indri Meirista, M.Sc dengan menggunakan metode penelitian deskriptif dan pengambilan data secara retrospektif yang bersumber dari data rekam medis pasien HIV.
Mitarosadi menyampaikan bahwa terapi pasca persiapan inisiasi yang paling banyak diberikan untuk ARV adalah kombinasi Efavirenz, Emtricitabine, dan Tenofovir (60,53%). Pada terapi obat lainya digunakan OAT (13,15%) dan Kotrimoxsazol (7,90%), OAT merupakan Obat Anti Tuberculosis yang di berikan pada pasien HIV dengan komplikasi TB, sehingga dapat menurunkan angka kematian pasien setelah memulai pengobatan. Sedangkan pemberian Kotrimoxsazol yang merupakan kombinasi dua obat antibiotik yaitu trimetoprim dan sulfametoksazol digunakan untuk mengobati infeksi bakteri dan beberapa infeksi yang disebabkan jamur, termasuk beberapa Infeksi Opportunistik pada pasien HIV.