KHAMPARAN.COM, JAMBI - Pasien kanker kolorektal yang menjalani perawatan dengan
episode yang teratur dan tidak teratur dapat mempengaruhi besarnya biaya riil
yang dikeluarkan oleh rumah sakit. Pada akhir ini di Indonesia penyakit
kanker kolorektal mengalami kenaikan jumlah pasien yang salah satu disebabkan
oleh perubahan atau gaya diet masyarakat. Perlu adanya kontrol terhadap pengeluaran
biaya mengingat penanganan terhadap penyakit ini cukup memakan nominal yang besar
namun jangan sampai kontrol yang ada membuat biaya sangat tertekan sehingga
berdampak pada pelayanan.
Sebuah penelitian
telah dilakukan oleh mahasiswa tugas akhir STIKES Harapan Ibu Jambi Prodi
Farmasi atas nama Kukuh Pambudi NIM 2148201122 dibawah bimbingan Ibu apt. Jelly
Permatasari, M. Farm dan Bapak Mukhlis Sanuddin, M.Sc. Penelitian yang
dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat selisih biaya antara biaya
riil pasien Kanker Kolorektal terhadap tarif INA-CBGs di salah satu rumah sakit
pemerintah di propinsi Jambi. Tarif INA-CBGs merupakan standar tarif yang ditetapkan
oleh institusi asuransi yang berwenang. Penelitian ini nantinya dapat menyajikan
data secara ilmiah yang diharapkan dapat memberikan kontribusi informasi agar
kebijakan standar biaya yang ditetapkan dapat berimbang dari biaya riil yang
telah dikeluarkan oleh pihak rumah sakit.
Penelitian yang
telah dilakukan ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain retrospektif. Data yang dianalisis adalah data tahun 2022 sementara penelitian dilakukan pada
Juni 2023. Sample yang digunakan adalah sebanyak 82 pasien dengan 404 episode
perawatan yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Hasil penelitian
menunjukkan rata-rata pengidap penyakit ini berasal dari usia dewasa, terbanyak
berasal dari kelompok usia 56-65 tahun sebanyak 30 orang disusul kelompok usia
46-55 tahun sebanyak 19 orang dari total 82 sample dewasa. Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa prosedur intestinal kompleks
(K-1-20-I/II/III) memiliki rata-rata biaya yang lebih tinggi daripada prosedur
lain yaitu sebesar Rp 30.242.272. Hal ini dikarenakan tingginya biaya pada
tindakan medis dan juga biaya farmasi. Berdasarkan besarnya perbedaan antara
tarif riil dengan paket INA-CBG’s pada pasien kanker kolorektal di Rumah Sakit
X Jambi tahun 2022 prosedur yang memiliki selisih biaya paling tinggi adalah
pada prosedur kemoterapi pada tingkat keparahan C-4-13-I dengan total selisih
biaya sebesar Rp -104.156.497 (selisih minus).
Kedepannya
hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk analisis kebijakan
dalam menentukan standar biaya INA-CBGs dimasa mendatang sehingga kebutuhan
biaya pada pasien dapat diberikan dengan optimal. Terakhir tentunya peneliti berharap penelitian ini tidak
berhenti disini saja namun dapat dikembangkan oleh peneliti selanjutnya pada
penyakit lain. KP*