Jambi—Penyakit hipertensi merupakan penyakit dengan prevalensi yang cukup membebani masalah kesehatan dunia menurut data WHO 22% dari total penduduk dunia adalah penderita hipertensi. Pengobatan hipertensi yang hampir seumur hidup akan berdampak pada besarnya biaya yang ditanggung oleh individu maupun negara dalam pemenuhan hak masyarakat dalam mendapatkan perlindungan kesehatan.
Sebuah teori telah hadir sebagai salah satu solusi dalam membantu pengambilan keputusan bagi manajemen penatalaksanaan penyakit untuk menemukan pemilihan obat yang lebih hemat namun tetap memberikan hasil terapi yang lebih baik diantara penggunaan obat yang lain yang tersedia. Melalui sebuah kajian farmakoekonomi dengan metoda cost effectiveness analysis (CEA) akan diperoleh rekomendasi obat tertentu yang biayanya lebih rendah namun efek terapi lebih baik.
Inilah yang sedang dilakukan oleh seorang mahasiswa tugas akhir Prodi Farmasi STIKES Harapan Ibu Jambi melalui sebuah penelitian dibawah bimbingan ibu apt. Jelly Permatasari, M.Farm dan ibu apt. Aisa Dinda Mitra, M.Farm yaitu Sofnia Putri. Tertarik untuk menelusuri pengobatan pasien hipertensi dari perspektif farmakoekonomi dengan metoda CEA.
Penelitian dilakukan di salah satu rumah sakit pemerintah kabupaten yang ada di propinsi Jambi. Mengumpulkan data selama satu tahun untuk menghitung varian obat yang digunakan serta besarnya biaya yang dikeluarkan untuk masing-masing penggunaan varian obat pada pasien hipertensi.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat dua kelompok obat dengan tingkat konsumsi terbanyak selama periode penelitian yaitu kombinasi Amlodipine-Candesartan dan kombinasi Amlodipine-Captopril. Berdasarkan analisis data diketahui besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh masing-masing kelompok obat tersebut untuk mendapatkan satu efek terapi yaitu Rp 11.783 dan Rp 10.255. Artinya bila seorang pasien hipertensi menggunakan salah satu kelompok obat tersebut maka membutuhkan jumlah besaran tersebut untuk menurunkan 1 mmHg tekanan darah. Dengan kata lain kelompok Amlodipin-Kaptopril lebih hemat karena membutuhkan besaran biaya lebih rendah dari kelompok Amlodipin - Candesartan untuk dapat menurunkan 1 mmHg tekanan darah. Hal ini didukung berdasarkan monitoring data efektivitas kelompok Amlodipine-Kaptopril mencapai target dengan perbedaan 17,65% lebih tinggi dibandingkan kelompok Amlodipin-Candesartan. Dari hasil penelitian ini dari dua kelompok obat diatas dapat disimpulkan kombinasi Amlodipin-Kaptopril lebih dapat direkomendasikan dalam pengobatan pasien hipertensi berdasarkan analisis farmakoekonomi.
Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak terkait sebagai sumber informasi dan data dalam pemilihan antihipertensi untuk membantu pengambilan keputusan dalam rekomendasi antihipertensi dengan biaya yang lebih ekonomis namun memiliki efektifitas yang lebih baik. (Sofnia)